Dari hasil penelitian telah menunjukkan bahwa ternyata ikut menguap ketika orang lain
sedang menguap itu adalah tanda empati
dan merupakan bentuk ikatan sosial. Karena penularan emosi tampaknya telah
menjadi insting utama yang mengikat seseorang dengan yang lainnya. Sehingga
tampaknya menguap mungkin juga merupakan bagian dari hal tersebut. Seperti kita
akan ikut tertawa dan menangis ketika sahabat kita melakukannya, menguap juga
menular dengan cara yang serupa.
Para ilmuwan telah berteori bahwa menguap yang menular adalah pengalaman
bersama yang akan meningkatkan ikatan sosial. Secara khusus, dapat menyebarkan
dan saling berbagi rasa stres atau rasa tenang pada suatu kelompok. Studi ini
juga menemukan bahwa anak-anak tidak mengembangkan perilaku ini (ikut menguap ketika
melihat orang lain menguap) sampai mereka berusia sekitar empat tahun.
Sedangkan anak-anak dengan autisme hanya memiliki kemungkinan 50% untuk dapat
menunjukkan perilaku ini dibanding dengan mereka yang normal, bahkan dalam
kasus yang paling parah, mereka tidak pernah melakukannya. Oleh karena itu,
kini menguap juga dapat membantu dokter dalam mendiagnosa gangguan perkembangan
pada anak.